Minggu, 08 Agustus 2010

Pa'gellu " dance toraya"

Pa'gellu adalah salah satu tarian masyarakat Toraja yg dibawakan oleh para gadis (sebenarnya yg tua² juga bisa koq) untuk mengekspresikan sukacita.
tarian ini biasanya dibawakan pada acara syukuran seperti : pernikahan.
Di tengah² acara menari, penonton akan menghampiri penari untuk memberikan uang yg diselipkan diantara hiasan kepala si penari (ma'toding)

nie videonya guys:




fotonya juga ada:














OBJEK WISATA TANA TORAJA GAK KALAH KUEREEENNN LOH AMA KUTE BALI , , , ????????

Warisan kebudayaan megalitik serta gaya hidup yang khas, dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia menjadikan Tana Toraja sebagai daerah ke dua terbanyak dikunjungi oleh wisatawan asing.

Orang Toraja menyebut diri mereka to raya, orang besar turunan raja. Juga berasal dari kata to riaja, yang berarti orang dari dataran tinggi. Toraja masuk dalam wilayah propinsi Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 350 kilometer sebelah utara Kota Makassar.

Perjalanan ke Toraja dari Makassar bisa ditempuh dengan dua jalur. Jalur darat dengan menggunakan Bus dan melalui pesawat udara dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar ke Bandara Pongtiku, Toraja, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit.

Berangkat ke Tana Toraja melalui jalur darat yang ditempuh sekitar 8 jam perjalanan. Kita akan disuguhi pemandangan yang memanjakan mata, di mulai dari gugusan hutan batu terbesar ke dua di dunia (karst Maros) sampai ke jajaran pegunungan Kambuno dan Latimojong dengan pemandangan alam Toraja yang hijau dan berhawa sejuk.

Berhubung perjalanan yang ditempuh cukup jauh, maka faktor kenyamanan menjadi prioritas utama kami. Kami menggunakan bus eksekutif yang mempunyai fasilitas lumayan dan harga bersahabat. Range harga Bus Makassar-Makale sebesar Rp.75.000 - Rp.80.000.

Sampai sebelum gelap di Toraja, kami sudah bisa merasakan nuansa tradisional Tana Toraja. Arsitektur tongkonan dan ornamen tradisional mulai nampak di sepanjang jalan yang kami lalui. Toraja sudah memiliki infrastruktur jalan yang baik. Sebagian besar adalah jalan beraspal . Jalan-jalan itu menghubungkan dua kota utama di sana, yakni Makale dan Rantepao, serta menghubungkan dua kota itu dengan kota-kota kecamatan.

Penginapan di Toraja sangat bervariatif. Mulai dari hotel bintang empat sampai hotel kelas Melati tersedia di sini. Begitupun dengan harganya. Sedangkan tempat kuliner, baik yang khas maupun umum banyak tersedia di Makale dan Rantepao.

Toraja sangat terkenal dengan wisata Budaya dan warisan tradisi megalitik yang diperkirakan berasal dari tahun 1.500-1.200 tahun sebelum masehi. Dan masyarakat Toraja masih menjaga warisan megalitik itu sampai sekarang. Menhir atau megalit, dan kuburan di bukit cadas adalah bukti peninggalan yang masih terjaga sampai sekarang.



Objek wisata di Toraja

LONDA

Sekitar setengah jam dari Makale ke arah Rantepao dapat dijumpai Gunung Batu dengan peti mati di simpan di atas gunung batu. Selain itu terdapat gua yang didalamnya juga terdapat banyak peti mati serta tulang belulang manusia yang sudah berumur ratusan tahun. Untuk masuk ke dalam gua ini, kita harus menggunakan lampu petromax yang di sewa seharga Rp.20.000,- plus tiket masuk Rp.5000/orang .

SILLANAN

Perjalanan dilanjutkan menuju Sillanan, sekitar 10 km dari Mengkendek. Di daerah ini tepatnya di Lo’ko’ Wai, di atas sebuah batu besar tersimpan mumi bayi yang sudah berumur lebih dari 450 tahun. Tapi sayangnya hanya terdapat kotak kaca tempat penyimpanan mumi tersebut. Sedangkan muminya raib di curi orang.

Patung mendiang orang Toraja Pemandangan Tana Toraja

KETE KESU

Merupakan rumah asli Toraja jaman dahulu dengan atap yang terbuat dari bambu dengan alang-alang di depannya. Untuk masuk ke obyek wisata ini cukup membayar sebesar Rp.5.000,- per orang. Di rumah ini kita akan melihat susunan tanduk-tanduk Tedong (kerbau) Bonga yang harganya mencapai ratusan juta. Dan ini sebagai penanda status sosial di kalangan masyarakat Toraja.

SIMBUANG BATU

Simbuang batu adalah batu-batu besar (menhir) yang berjumlah 12 buah. Dan merupakan peniggalan megalitik, yang didirikan di sebidang tanah yang datar dan cukup luas sebagai tanda telah diadakannya sebuah upacara pemakaman besar. Simbuan batu berjarak sekitar 1,5 km dari Lo’ko Wai.

Jangan lupa dengan kopi Toraja yang terkenal dengan cita rasa dan aroma harumnya yang khas. Konon lebih keras dari kopi Sumatera dan Bali. Apalagi bagi anda penikmat kopi, jangan lewatkan untuk menikmati kopi Toraja langsung di daerah asalnya. Disini ada dua jenis kopi yang dihasilkan, yakni robusta dan arabica.

Backpacking ke Tanah Toraja bisa menjadi salah satu destinasi anda tahun ini. Karena sarana dan prasarana untuk menuju ke Toraja sudah sangat terjangkau. Dan dijamin anda tidak akan menyesal pernah menginjakkan kaki di Toraja.

1. Jika anda akan berangkat menuju Toraja dengan menggunakan jalur darat, sebaiknya memilih berangkat pagi agar bisa menikmati pemandangan menuju Toraja.
2. Jika anda berangkat dari luar pulau Sulawesi, sebaiknya mencari tiket promo. Semisal penerbangan Jakarta-Makassar yang range harganya mulai Rp 150.000,-
3. Untuk kuliner, khususnya bagi yang beragama muslim (minoritas di Toraja) , silahkan mencari makan di daerah seputaran masjid yang tersebar di daerah Toraja.
4. Tentukan perjalanan jauh-jauh hari ( Travel Management)
5. Estimasi Biaya :
* Bus makassar – Toraja : Rp 75.000,- Rp 80.000,-
* Penginapan : Rp 80.000,-Rp 200.000,-
* Biaya makan : Rp 15.000,-Rp20.000,-
* Tiket masuk : Rp 10.000,-Rp15.000,- (objek wisata)

Dikutip dari Majalah Infobackpacker

Minggu, 01 Agustus 2010

PAHLAWAN TANA TORAJA " PONGTIKU "


Pongtiku, Pahlawan Rakyat Toraja
Ini adalah benda besar pertama yang saya lihat begitu turun dari bus Litha jurusan Rantepao selain Tongkonan tentunya! Benda ini terletak dekat sekali dengan Pasar Rantepao, hanya berjalan beberapa langkah saja. Di pagi yang dingin dan berkabut itu, saya mendekati monumen itu sebelum mencari hotel tempat saya menginap. Tanah masih basah entah bekas embun atau apa. Saya masih keleyengan bekas muntah di bus tadi dalam perjalanan.
Pongtiku (atau sering dipanggil Ne Baso) adalah tokoh asal Pangala, Tana Toraja yang turut mengusir penjajah Belanda dari Bumi Sulawesi Selatan terutama wilayah Tana Toraja. Perjuangan beliau bermula pada tahun 1906, tahun masuknya Belanda ke Tana Toraja hingga tahun 1907. Beliau merasa terusik dengan kehadiran Belanda yang bermaksud untuk memonopoli perdagangan kopi Toraja milik keluarga Pongtiku. Saat itu, perdagangan kopi menjadi primadona dimana Datu Luwu (di utara) dan para Bangsawan Sidenreng (di selatan) berjuang untuk mendapatkan kopi Toraja. Heroiknya perjuangan Pongtiku dan rekan-rekan berhasil dipatahkan berkat tipu muslihat Belanda. Akhirnya, Pongtiku dieksekusi di tepi Sungai Singki, Rantepao pada tahun 1907. Berkat perjuangan beliau mengusir penjajah Belanda dari Tana Toraja, kini beliau bergelar pahlawan nasional. Kegiatan beliau mengusir penjajah dapat disaksikan pada bagian pedestal patung yang berbentuk prisma ini. Di setiap sisi pedestal, terdapat relief timbul kegiatan perjuangan rakyat Sulawesi Selatan mengusir penjajah Belanda di Bumi Toraja. Pongtikulah pemimpin pergerakan tersebut. Kini, namanya diabadikan menjadi nama bandara Toraja di Rantetayo. Nama bandara tersebut adalah Pongtiku. Bandara ‘kecil’ ini hanya melayani rute Toraja – Makassar seminggu dua kali yakni selasa dan jumat. Patung Pongtiku yang berukuran besar pun dapat ditemukan di tengah-tengah kolam buatan di tengah Kota Makale.
Patung Pongtiku pada monumen ini digambarkan sedang menunggang kuda. Dua kaki depan kuda yang tidak menapak tanah menggambarkan bahwa Pongtiku tewas dalam peperangan. Tidak ada informasi apapun di sekitar monumen yang dapat membantu menjelaskan tujuan monumen itu atau siapa Pongtiku itu. Daerah sekeliling monumen memang terletak di dekat pasar dan berada dalam kondisi berantakan –entah memang biasanya berantakan atau sedang dalam renovasi-. Sayang sekali, harusnya informasi yang diberikan lebih banyak agar pelintas –bisa jadi, wisatawan asing- bisa melihat dan mengetahui sejarah tentang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Tana Toraja, Pongtiku
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2yYi3qv7o73AyFNF3CPMXH4T5J52C6aHX2BoXcit0WCF88RkiM288BoyCU_GecYELpdGyQfjCWjMbc8uHoz9leUt6iOX6Xg4b2l6JW_qkDilY-O0C-yUkicGigPFJgYgo9Pm8F0_jHP_6/s1600/IMG_9719.JPG">

LEGENDA ATLANTIS: BENARKAH INDONESIA ADALAH ATLANTIS YANG TELAH LAMA HILANG.



MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh
hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu
mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal
sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan
Atlantis?

Plato (427 - 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi
berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa,
pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian
permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang
hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa
Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah
melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis,
The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of
Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan,
seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara
bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah
Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya,
ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir,
dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Konteks Indonesia

Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof.
Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960,
mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara
Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah
nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut
Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu
tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang
menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya
sekarang.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua
yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang)
sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang
aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale,
terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang
akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa
itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es
(era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi
secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia
(dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal
dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India
Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan
gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau
Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu.
Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau
(Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya
serta membentuk selat dataran Sunda.

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau
menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol).
Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat
dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam,
ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak
Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia
bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera
(ocean) secara menyeluruh.

Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi
secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di
kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan
Stephen Hawking.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil
itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung
berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera
sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung
berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan
luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai
benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh
gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan
gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia,
tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai
bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua
Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh
Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik
terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu.
Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata,
“Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada
Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos
sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu
adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik
Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di
Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar,
Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani.
Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya
tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian
meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan
gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur
yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui),
tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah
dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya
sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu
bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris
Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak
rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada
masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan
bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya
kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya. ***

Penulis, Direktur Kehormatan International Institute of Space Law
(IISL), Paris-Prancis

Benua Atlantis & Peradaban Awal Umat Manusia

Ada di Indonesia ?

Pengantar

JAKARTA, Republika, Sabtu, 18 Juni 2005

– Para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua yang hilang ‘Atlantis’ masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis oleh para pakar.

Bagi para arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki dimana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik.

Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.

Kata Umar, dalam dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.

Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologimolekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan akan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni.

Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.

Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.

Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable.

Yang jelas, terang Harry, memang benar ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang. Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi perdebatan.

Dominasi Austronesia Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang.

”Pertanyaannya dari mana asal-usul mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000 tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman budaya yang tinggi,” tutur Umar.

Salah satu teori, menurut Harry Truman, mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju, proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban. ”Tapi ini masih diperdebatan

DITEMUKAN GUNUNG API DIBAWAH LAUT MANADO SULAWESI



Gunung Berapi di Bawah Laut di Laut Sulawesi Utara – tepatnya di perairan laut Manado Sangihe Talaud. Team ekspedisi ilmuwan Indonesia bekerjasama dengan team Amerika Serikat di Sulawesi Utara menemukan hasil yang mengejutkan pada minggu pertama. Para ilmuwan itu menemukan gunung berapi bawah laut raksasa di sekitar perairan Sulawesi Utara. Gunung berapi bawah laut ini adalah hasil temuan penting untuk memahami kekayaan lautan Indonesia. sebelumnya juga ditemukan sungai bawah laut mexico dan gunung berapi bawah laut Bengkulu.

Tinggi Gunung Berapi Bawah Laut di Sulawesi Utara itu mencapai 10.000 kaki atau kurang lebih 3.000 meter. Posisinya terletak di kedalaman 18.000 kaki di perairan Kepulauan Kawio, Sulawesi Utara. Penemuan gunung ini merupakan bagian dari ekspedisi dari Kapal Okeanos milik National Oceanic and Atmospheric Administration. Ekspedisi ini telah memetakan 2.400 mil persegi dasar laut di Indonesia atau seluas Delaware. Ekspedisi ini akan selesai pada 24 Agustus mendatang. Gunung berapi dalam laut ini terdeteksi dalam ekspedisi bersama ilmuwan Indonesia dan ilmuwan Amerika Serikat dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang berada di bawah naungan Departemen Perdagangan AS.

Kapal Okeanos dari NOAA saat menjelajah laut di daerah Kawio Barat, Kepulauan Kawio, Sulawesi Utara, mendapatkan pemetaan gambar gunung berapi itu. Kawio Barat dipilih sebagai area ekspedisi karena unsur-unsur bawah laut yang berlimpah. Lewat satelit, para ilmuwan di Okeanos dapat berhubungan dengan kantor eksplorasi di Jakarta dan Seattle, AS. Para ilmuwan Indonesia dan AS yakin mereka akan menemukan banyak fenomena baru untuk memahami ekosistem laut dan dampak perubahan iklim. Sugiarta Wirasantosa dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan mengatakan, Indonesia yang memiliki 17.000 lebih pulau, butuh lebih banyak melakukan eksplorasi.

Sejauh ini, Okeanos Explorer telah memetakan 2.400 mil persegi dasar laut di Indonesia. Pada pertengahan Juli, kapal riset dan perikanan milik Indonesia, Baruna Jaya IV akan memetakan lebih banyak dasar laut dan menempatkan peralatan di kepulauan Kawio sebelum kedua kapal bertemu di Pelabuhan Bitung. Mereka akan dikerahkan kembali pada 21 Juli untuk terus mengeksplorasi di kepulauan Sangihe dan Talaud. Ekspedisi tersebut akan rampung pada 14 Agustus mendatang. (sumber: ndyteen.com)